Venice, Italia Roma – 20 sd 23 April 2017 – (Hari 8
sd 10)
Saat kita mendengar
kata Romantis, maka terbayang dipelupuk mataku tentang kota yang begitu indah
Venice Roma Italia.
Saat yang paling aku
nantikan saat jejak langkahku menapaki tanah yang begitu indah dan penuh dengan
Cerita cinta. Disini bukan Jabal Rahmah
yang semua permohonan dalam titik pertemuan yang dikabulkan, namun apapun itu
doa untukku adalah dimanapun sama, yang membedakan ikhlas doanya dan hasrat
cara penyampaian yang berbeda. Dimanapun Allah selalu ada, dimanapun para
malaikat akan bisa mengijabah doa doa ummatnya Muhammad SAW.
Cerita ini aku mulai
dari titik saat dimana aku menatap sungai Reihn yang begitu panjang dan begitu
indahnya. Diantara bangunan tua bergaya Gotik membuat suasana hatiku tambah
merasa begitu sepinya diantara keramaian orang orang yang silih berganti
melewati jalanan ini.
kata tour leaderku, jembatan ini yang Diantara dua bangunan
memberikan kisah yang cukup menyedihkan.
Diantara 2 bangunan ini ada sebuah Jembatan yang disebut juga
JEMBATAN KESEDIHAN, dimana jembatan yg berada disebelah kiri adalah tempat
pengadilan sedangkan yang disebelah kanan adalah tempat penghukuman. Maka sebelum
menjalani masa penghukuman tersebut maka
sebagai detik terakhir untuk melihat Matahari ada satu kesempatan untuk bisa memandang
matahari diatas jembatan. Kisah Ini yang dialami seorang Casanova saat
dilaksanakan penghukumannya atas dirinya.
Mitos lain romantis tentang sebuah jembatan
di Venesia? Di kota kanal berpemandangan indah ini ada sebuah jembatan yang
dipercaya bisa melanggengkan cinta para pasangan. Banyak pasangan yang
berciuman di bawahnya sambil menaiki gondola untuk menjadikan cinta mereka
abadi. Nama jembatan ini adalah Ponte dei Sospiri atau Jembatan Desah.
Venesia merupakan salah satu tempat yang
diklaim sebagai kota paling romantis. Sudah sejak lama kota ini menjadi tujuan
favorit untuk para pasangan yang ingin berlibur berdua. Dan kalau kita sudah
berkunjung ke kota ini kita pasti tahu Ponte dei Sospiri. Ponte dei Sospiri
adalah sebuah jembatan dari batu kapur berwarna putih yang melintang di atas
Rio di Palazzo. Dulunya jembatan ini menghubungkan Penjara Prigioni Nuove dan
ruang interogasi di Istana Doge.
Salah satu kota tercantik Romantis
di dunia, Venesia. Venesia (atau Venice) bukanlah kota biasa, karena ia
merupakan kumpulan 117 pulau kecil, lebih dari 170 kanal, serta ratusan
jembatan antar pulau. Struktur bangunan bergaya Byzantium dengan café-café ala
renaissance berjejer rapi memenuhi sisi pulau. Kota ini sarat sejarah, Marco
Polo memulai lawatannya ke Timur Jauh dari kota ini. Cassanova mengukir
kisah percintaannya di sini. Dinding dan labirin kota adalah saksi bisu
yang tak terkikis zaman.
Baru saja aku melangkahkan
kakiku saat tiba tiba saja terdengar bunyi notifikasi di Iphone 7. Sebuah
pesan masuk. Singkat saja: KAMU LAGI APA?
Akh meskipun aku bersama dengan
teman teman, aku merasakan seakan Sendirian menyusuri pelataran ini. di tengah
keramaian turis yang memberi makan merpati liar. Tak kubalas pesan
darimu. Sekilas teringat kejadian 7 tahun yang lalu. saat kau
menyalahkanku atas hal-hal (yang menurutku) sangat sepele. Kamu dan aku
benar benar keras kepala.
Menikmati
betapa indahnya Grand Canal bagaikan lukisan dengan aksentuasi gondolanya. Sekelebat aku
teringat adegan film The Tourist-nya Angelina Jolie & Johnny Depp yang
berlokasi di tempat ini. Tepat di bawah jembatan tampak berjajar rapi café
dengan nuansa warna kesukaanku. Sesekali gondola dan vaporetto
(bus air) berseliweran mengangkut para turis. Di Piazza San Marco kami menaiki gondola.
Sebuah gondola berukuran cukup panjang (5 s/d 7 meter), mayoritas berwarna
hitam dengan hiasan bunga-bunga di kursinya, terlihat seperti diperuntukkan
bagi pasangan bulan madu. Dan aku merasakan kesunyian yang sarat
dengan kesendirian.
![]() |
menikmati kayuhan diatas gondola venice |
![]() |
hanya bisa melambaikan jemariku saat moment indah ini harus diabadikan |
Aku berusaha menenangkan
hati dengan memainkan Iphone 7. 10 menit berlalu, aku kembali berpapasan dengan
gondola lain. Kali ini membawa pasangan yang sedang berciuman, lewat begitu
saja sementara aku terduduk diam sambil memalingkan kepala. Mungkin sungkan atau mungkin tertohok atau
sakit hati hick hick sakitnya
Aku menengadah ke atas, matahari
pagi yang berbenturan dengan awan membentuk sebuah siluet abstrak nan indah,
sebagian sinarnya menyeruak ke labirin sungai yang berwarna kehijauan, dan di
atas jembatan tampak pasangan tua yang sedang berpelukan. Seketika aku
merasakan aura romantisme yang menyesakkan dada. Harus kuakui, ini sungguh
suatu pagi yang begitu indah tapi menyakitkan.
Kembali ke Piazza San Marco,
orang-orang semakin ramai. Beberapa burung camar terbang melewati sisi
tiang-tiang di Doge Plaza. Beberapa turis terdengar berteriak-teriak memanggil
sebuah nama ketika aku melewati Gereja Basilica.
Dan akupun ingin
berteriak memanggil namamu, yang syarat dengan kerinduanku yang memuncak. Kangen
banget sama kamu sayang,…
Saat mau kembali keperahu bersama
dengan teman teman yang lain, sejenak Aku terhenti di pinggiran kanal.
Pantulan sinar matahari seakan membentuk suatu tarian yang magis. Ingatanku kembali padamu.
Entah apa yang sedang kau lakukan di sebuah tempat berjarak ribuan kilometer
dari tempatku berdiri sekarang, adakah sesaat saja memikirkan aku? Aku gak tahu
lagi seperti apa perasaanmu padaku, yang kurasakan tatapanmu semakin hari
semakin dingin. Akh kerinduan yang menyeruak ini tiba tiba membeku,
membayangkan dirimu. Kuambil ponsel dari
dalam tas, jam menunjukkan pukul 11 siang, berarti jam 4 sore waktu Jakarta.
(tidak ada Notifikasi yang baru masuk)
Seharusnya aku segera
mengirimkan jawaban atas pertanyaanmu tadi pagi. Namun aku ragu, egoku mulai
meracuni otak untuk tidak menjawab pesan. Aku belum bisa menerima bahwa
diantara kita kini hanya sebagai sahabat saja, dan aku tidak suka dengan
perhatian perhatian yang menurutku kini sudah gak berguna. Hati kecilku masih
mengharapkan kalau diantara kita masih bisa diperbaiki. Tapi kamu. Sikapmu tak
akan pernah bisa berubah, dan itu akan
terus menyakiti hatiku meskipun itu bukan tanpa sadarmu.
Aku kembali mengedarkan
pandangan di seputar kanal. Sepi namun indah. Tiba-tiba aku merasa dirimu ada
di dekatku sekarang, begitu dekat hingga seakan aku merasakan aroma tubuhmu,
dan dengus nafasmu, dan kita bergandengan tangan menikmati kesunyian seperti
yang biasa kita lakukan. Angin dingin memaksaku untuk beranjak kembali dan
bergabung dengan teman temanku yang lain. Kata hati kecil “I
wish you were here”
Matahari yang semakin tinggi
dengan sinar yang begitu menerpa tubuh, menampakkan pemandangan luar biasa.
Beberapa pasangan yang kutemui tampak bergandengan tangan dan berpelukan
menikmati pemandangan. God, kenapa aku harus bertemu dengan
pasangan-pasangan ini? Sebuah siksaan. Jangan-jangan memang aku yang salah.
Seharusnya aku memang jangan pernah mengunjungi kota ini, sendirian.
Jangan pernah.
Aku teringat ucapan beberapa
orang yang bilang bahwa Paris adalah Kota Cinta. Namun di Venesia kutemukan
banyak cinta menyatu dengan indahnya bangunan klasik, gondola, udara sejuk,
serta bunyi riak air di tepian kota. Detaknya seakan menyatu dengan detak
jantungku yang semakin berdentum berteriak karena sepi yang begitu menggigit.
Akhirnya
kududuk di deretan bangku kosong di sudut kapal, berusaha merekam dan menikmati
semua yang ada di depanku, Pelan terdengar senandung lagu yang lembut keluar
dari mulut sahabatku, Last Child
“telah
habis sudah cinta ini, tak lagi tersisa untuk dunia, karena tlah
kuhabiskan sisa cintaku hanya untukmu…,
Aku selalu berfikir tentang, hiduku tanpa ada
dirimu, dapatkah lebih indah dari yang kujalani sampai kini.
Aku selalu bermmpi tentang, indah hari tua
bersamamu, tetap cantik rambut indahmu, meskipun nanti tak hitam lagi…
Dan airmata inipun merembes jatuh diantara
pipiku yang mulai sejuk terkena hembusan angin yang dingin dan kemudian aku
merebahkan kepalaku dibahu sahabatku. Aku hanya katakan numpang sejenak ya..
sambil memberikan seulas senyum.. mataku terpejam yang terbayang adalah rayimu
yg memenuhi seluruh isi kepalaku.
Ingin
rasanya berbagi apa yang kulihat saat ini padamu. Ingin rasanya kau menikmati
apa yang sedang kunikmati saat ini. Ingin rasanya semua keindahan ini
mematahkan semua ego yang ada. Ingin rasanya kita hanya duduk diam. Hanya diam
sambil berpeluk mesra. Entah bagaimana perasaanmu saat ini.
Aku
menikmati keheninganku sendiri Bahwa cinta ternyata bergerak dalam
keheningan, ia bergelora, membara, menyala, tanpa kata, merasuk dalam jiwa.
Seperti cinta kita yang terus berdenyut bagaikan nadi yang ada dipembuluh
darahku, bertualang menjelajahi melintas
negara, benua dan samudera. Lekas kubuka tas ransel, mengambil ponsel untuk mengirimkan
sebuah pesan lewat WA yang sangat ingin kukirimkan sejak awal tiba di kota ini.
Venesia telah berhasil mengobrak abrik ego-ku, menyadarkan kembali bahwa
aku tidak bisa lepas dari cinta. I miss you so much namun pesan itu hanya
sebatas tulisan saja, tanpa bisa aku kirimkan.
Aku
hanya bisa berdoa dalam diamku disini sambil menyeka airmata yang turun, doa
yang terlampir disudut kota ini adalah bentuk pelukan hangat dariku untukmu
disana. Saranghe…
![]() |
sesaat sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Vatikan |
![]() |
Gak sempat berfoto bersama dengan para Gondolier... |